Sejarah Batak Angkola
SEJARAH ANGKOLA
2.1 Sejarah suku angkola
Sejarah, asal-usul dan peradaban suku batak .Suku batak adalah salah satu suku yang memiliki subsuku lainnya yang bermukim dan berasal dari sumatera utara termasuk suku angkola.Agama ang dianut suku batak ini adalah agama Kristen protestan,islam dan ada juga yang menganut kepercaan animism(sipelebegu).Namun seiring berkembangnya zaman pengenut kepercayaan ini pun sudah mulai berkurang.Adapun Yang termasuk dalam sub-sub suku batak ini sebagai beriku:
1. Batak Toba
2.Batak Karo
3.Batak Pak-pak
4.Batak Simalungun
5.Batak Angkola
6.Batak Mandailing
Pada abad ke-6,pedangang Tamil asal India mendirikan kota dagang Barus,dipesisir barat Sumatera Utara.Mereka berdangang Kapur Barus ayang di ushakan oleh petani-petani di pedalaman,Namun pada abad ke-10 pedangang-pedangang ini terusir dan diserang oel sriwijaya.
Orang batak ini disebut juga sebagia penutur bahasa Austroncsia dimana bahasa dan bukti-bukti Arkeologi yang menunjukan bawaa bahasa ini berasal dari bahasa Taiwan Yang berpindah ke Filipina dan Indonesia sekitar tahun2.500 lalu pada zaman batu muda (Noelitikum).Dan belum diketahui kapan nenek moyang batak pertama kali berada di Tapanuli Dan Sumatera Timur.
2.2 Identitas Batak
Tiga pendapat mengenai identitas suku batak:
Munurut R.W Liddie, bahwa abad ke-20 di Sumatera bagian utara tidak terdapat kelompok etnis yaitu sebagai satuan sosial yang kohoren.interaksi sosial didaerah itu sangatlah terbatas karena individu antar kelompok kekerabatan yang tidak ada kesadaran untuk menjadi bagian dari satuan sosial dan politik.
Menurut J.Pardede,Tanah batak dan Rakyat batak diciptakan oleh pihak asing.
Menurut Siti Omas Manurung, bahwa kedatangan Belanda semua orang batak karo maupun simalingun mengakui dirinya sebagai batak,dan belandalah yang membuat mereka terpecah belah.
Terbetuknya masarakat Batak yang tersusun dari berbagai macam marga,karena adanya migrasi keluarga-keluarga dari wilayah lain.
2.3 Bahasa
Bahasa yang paling menonjol dan yang sering dipakai adalah bahasa batak dan yang bermukin di pesisir pantai menggunakan bahasa melayu,sementara bahasa pak-pak digunakan oleh suku pak-pak dan begitu juga dangan suku lainya mengunakan bahasa suku masing-masing.
2.4 Kesenian
Seni Tari Tor-tor menjadi salah satu kesenian yang paling menonjol dalam kebudayaan suku batak.monortor atau menari merupakan lambang atau bentuk rasa syukur kepada Mulajadi Nabolon,Alat musik yang paling sering digunakan disetiap acara adala Gong dan Saga-saga.Selain itu Masyarakat batak juga memiliki kerajinan Tenun,hasil Tenunan tersebut sering di pertunjukkan pada acara Sakral seperti, Pernikahan,Kematian,dan Penyerahan warisan.
2.5 Penyebaran Agama
1.Masuknya Agama Islam
Ibnu Batuta adalah seorang penyebar agama Islam di Sumatera utara,Pada tahun 1345 ia mengislamkan Sultan AL-Malik-Dhahir.IBnu Batuta telah meningkatkat pemeluk Islam di tengah masyarakat Batak.
Pada abad ke-19 Pasukan minangkabau menyerang tanah batak dan berhasil melakukan pengislaman besar-besaran terutama pada masyarakat mandailing dan angkola.Namun pada penyerangan masyarakat toba tidak berhasil mengislamkan masyarakat tersebut dan hingga saat ini menganut agama Kristen protestan dan katolik.Kerajaan Aceh diutara berhhasil mengislamkan masyarakat karo dan pak-pak.
2.Masuknya Kristen
Pada tahun 1861 misionaris pertama asal jerman membuat sebuah misi Pengkristenan yang dijalankan pada tahun 1881 yang di dibawakan oleh Dr.Ludwig Ingwer Nommensen yang mengajarkan kitab perjajian baru untuk pertama kalinya yang diterjemahkan ke bahasa batak toba.Terjemahan tersebut dicetak dalam huruf Latin di medan.Misi tersebut berhasil dan masyarakat toba dan Karo menyerap agama Kristen dangan cepat,dan pada abad ke-20 teleh menjadikan Kristen sebagai identitas Budaya.
2.6 Kepercayaan
Sebelum suku batak toba mengenal agama,mereka ,menganut sistem kepercayaan tertinggi kepada sang pencipta alamatau Mulajadi Nabolon.dan ada juga ang menganut kepercayaan terhadap jin atau roh.
Menyangkut jiwa dan roh suku batak mengenal tiga konsep
TONDI : Jiwa atau roh yang merupakan kekuatan,Bila tondi meninggalkan badan seseorang,maka orang tersebut akan sakit atau meninggal,maka diadakan upacara mengalap tondi.
SAHALA: Jiwa atau roh yang kekuatannya yangbtidak dimiliki semua orang.
BEGU: Tondi atau roh orang yang telah meninggal,yang tingkah lakunya sama dengan manusia hanya saja muncul pada malam hari.
2.7 Salam khas batak
Salam Horas merupakan salam suku batak yangbterkenal,ada dua salam lagi yang kurang popular yakni Menjuah-juah dan Njuah-Juah.
Berikut masing-masing dalam puak pengucapannya
Pak-pak “Njuah-juah mobanta karina”
Karo”Mejuah-juah kita krina”
Toba”Horas jala gabe Ma Di Hita Salhutna”
Simalugun”Horas Banta Haganupan ,salam Habonaran Do Bona”
Mandailing dan Angkola” Horas Tondi Madingin Pir Ma Tondi Matogu,Suyur matua bulung”
2.8 Kekerabatan
Ada dua bentuk kekerabatan didalam suku batak berdasarkan garis keturunan(geneologi) dan sosiologis.Bentuk kekerabatan berdasarkan garis keturunan terlihat dari dari silsilah marga mulai dari siraja Batak,yang dimana semua suku bangsa batak memiliki marga,sedangkan kekerabatan batak terjadi kerena perjanjian ipadan antara marga tertentu.Berhubungan bahwa adat batak atau trdisi batak sifatnya dinamis yang sering kali disesuaikan dengan waktu tempat berpengaruh terhadap perbedaan corak tradisi antara daerah.
Adapun Falsafah perumpamaan bahasa batak toba ang berbunyi:Jonok dongan partubu jonokan dongan parhundul.yang merupakan agar senantiasa menjaga hubungan baikdengan tetangga karena merekalah yang akan membantu kita dalam pelaksanaan adat.
2.9 Ritual Kanibalisme
Padaaklangan suku batak terdahulu ada yang dinamakan Praktik ritual kanibaliseme:
Dalam memoir Marco polo Ia meyebutkan bahwa ia berjumpa dengan orang yang menceritakan akan adanya masyarakat pedalaman ang disebut sebagai “pemakan manusia “ Marco polo mencatat tentang ritual kanibaliseme diantara masyarakat “Battas”. Walaupun ia tidak pernah melihat secara langsung ritual tersebut namun ia bias mencerikan ritual tersebut.
Nicola Da Conti (1395-1469),seotrang Vanesia yang mnghabiskan sebagian besar tahun 1421 di Sumatra dia menulis ebuah deskripsi singkat tentang penduduk batak,dalam bagian pulau,disebut Batech kanibal hidup berperang terus menurus kepada tetangga mereka.
Thomas Stamford Raffles pada tahun 1820 mempelajari batak dan ritual mereka,ia menyatakan bahwa “Suatau hal yang bias dimana orang-orang memakan orang tua mereka ketika terlalu tua untuk bekerja,dan untuk kejahatan tertentu,penjahat akan dimakan hidup-hidup atau dibakar.
Para dokter jerman mengatakan tentang ritual kanibalisme tentang orang batak (yang ia sebut Battaer). Ia menjeritakan pengalamannya yang berdada disebuah desa dan di saat itu dia sangat kelaparan dan diapun di tawarkan makanan oleh orang rumahnya yaitu daging dari dua tahanan yang telah disembelih,Namun hal ini terkadang dibesar-besarkan dengan tujuan agar menakut-nakuti orang yang menjajah/oaring yang mendapatkan pekerjaan dan tidak dibayar baik tukang pundak mauun sebagia tentara bayaran bagi suku-suku yang diganggu oleh bajak laut.
Oscar Von Kessel Mengunjungi Silinduang pada tahun 1844 mungkin orang eropa pertama kali mengamati ritual kanibalisme batak dimana suatu pezina dihukum dan dimakan hidup.Von kesscl menyatakan bahwa Kanibalisme Dianggap oleh orang batak sebagai perbuatan berdasarkan ukum dan aplikasinya dibatasi untuk dibatasi untuk pelanggar yang sangat sempit yaitu pencurian,perzinaan,mata-mata,atau penghianatan.Garam,cabe dan lemon la hang diberikan oleh keluarga si korban ang menandakan bahwa mereka mengihlaskan dan menerima keputusan masyarakat dan tidak memikirkan dendam.
Ida Preiffer dia mengunjungi batak pada bulan agustus 1852 dia tidak mengamati kanibalisme apapun dia diberitahu”Tahanan perang diikat pada sebuah pohon dan dipenggal sekaligus,tatapi darah secara hati-hati diawetkan untuk minuman dan pudding.dan bagain tubuh lainnya akan di buat menjadi hidangan khas,para wanita tidak di izinkan untuk mengambil dan memakan bagiandalam makanan publik besar.Ritual ini telah menghilang pada tahun 1890 yang di larang oleh belanda untuk pemberhentian kanibalisme diwilayah kendali mereka.Rumor kanibalisme ini bertahan hingga awal abad ke-20 dan telah jarang dilakukan sejak 1816 kaeran pengaruh pendatang agama.
Daftar pustaka
Branstettes,Ronard,Hal bunyi dalam bahasa-bahasa Indonesia PT.Pustaka Rakyat,Jakarta,2014.Simatupang,M.D.S.2012.Redupkasi Morfimis Bahasa Indonesia,Jakarta,Penerbit Jambatan.Tarigan,Guntur Hendry,seri Bahasa Batak Karo Fonologi,Keluarga Mahasisawa Bapermis,Jilid,Sempunah 91/61 Bandung.
Komentar
Posting Komentar